Minggu, 31 Agustus 2008

Marhaban Ya Ramadhan 1429H

Marhaban ya ramadhan, selamat datang bulan pembebasan. Siapapun kita, sepantasnya belajar memanfaatkan momemtum bulan ini sebagai sarana pembebasan diri dari berbagai belenggu keduawian yang selama ini menjerat kehidupan batin kita, yang telah menutup mata hati kita, yang telah menyeret kita ke dalam jurang perbudakan materi. Sekaranglah saatnya berbenah, mumpung Tuhan masih memberikan kesempatan ini. Banyak hal yang dapat kita lakukan di bulan ini, di bulan ini kita konstruksikan kembali bangunan hidup kita menjadi hidup yang kokoh lahir batin dunia akhirat, semoga! Mari belajar bersama.

Jumat, 08 Agustus 2008

Musim Terindah

Seseorang telah mengirimkan SMS ke hape ku, ada pesan yang cukup menyentuh : "Musim terindah adalah ketika kau nyalakan pagi dengan senyummu, ketika kau payungi siang dengan sapamu, ketika kau tutup malam dengan belai manjamu..." Pesan ini, walau cuma sebait, sarat makna. Pesan ini mengandung ajaran hidup yang amat sederhana namun cukup mendalam. Spirit dan optimisme dalam menjalani kehidupan ini sangat dibutuhkan oleh siapa saja dan secara implisit maknanya terkandung dalam pesan tersebut. Terima kasih. Mari belajar bersama!

Kamis, 07 Agustus 2008

Kepada Seorang Kawan...

Kawanku, jika matahari terbenam di ufuk barat, yakinlah ia pasti akan terbit kembali esok pagi di ufuk timur. Jika perjalanan terhenti di penghujung waktu, yakinlah bahwa itu hanya sejenak dan waktu tak akan pernah berhenti dampingi engkau temukan jalan baru. Jika pertemuan harus berakhir pada perpisahan, yakinlah bahwa sejarah sesungguhnya telah engkau tulis dengan tinta emas.

Kawanku, penyesalan dan dendam adalah sebenar-benar kekalahan. Sedangkan kesabaran dan keikhlasan adalah sebenar-benar kemenangan. Membuat pilihan yang bijak adalah langkah yang paling indah dalam hidup yang serba susah ini. Sungguh tak ada yang mampu menjadi sempurna, tetapi membiarkan hati menderita karena luka sama artinya mereproduksi kekalahan berikutnya.

Kawanku, jangan menyerah dengan kenyataan hidup yang pahit. Jangan kalah dan teruslah berjuang untuk menjadi pemenang! Aku yakin engkau pasti bisa. Apa yang sedang terjadi hari ini adalah pesan yang sedang Tuhan sampaikan untuk menjadi pembelajaran bersama, sekaligus batu ujian untuk mengukur seberapa dalam ikatan batin kita. Mari belajar bersama!

Selasa, 29 Juli 2008

Antara Sabar Aktif dan Sabar Pasif

Siapapun pasti pernah mengalami musibah, kecil ataupun besar. Siapapun juga pernah menghadapi cobaan dan tantangan, berat ataupun ringan. Musibah, cobaan dan tantangan, semuanya adalah ujian yang mesti dijalani oleh siapapun, suka ataupun tidak suka. Yang menarik untuk dipelajari bersama dalam konteks ini adalah bagaimana setiap kita menjalani ujian-ujian itu? Sering kita mendengar orang berkata agar kita selalu sabar dalam menghadapi ujian apapun dalam hidup ini. Lalu apa sebenarnya sabar itu? Sabar seperti apa yang dimaksudkan sehingga orang dapat melalui ujian hidupnya dengan baik dan sukses? Sabar ternyata tidak hanya monopoli sikap hidup dalam menghadapi ujian saja, melainkan dalam banyak hal kita juga diminta untuk selalu menjalankan kesabaran. Suatu hari aku pernah mendapatkan sepucuk surat dari seorang teman lama, di dalam surat itu beliau menuliskan beberapa hikmah, di antaranya hikmah tentang sabar. Beliau mengatakan begini, "sebaik-baik kesabaran adalah sabar yang tidak dibatasi dan sabar yang aktif". Sabar yang tidak dibatasi, memang demikian semestinya, sebagaimana ditegaskan Allah dalam Alqur'an Surat Al-Ashr. Sedangkan sabar aktif itu selalu berwujud konsistensi dan ketekunan dalam menjalani pahit getirnya hidup maupun sebaliknya. Pantang menyerah dan selalu optimis adalah juga bagian dari manifestasi sabar aktif. Sebaliknya, pasrah, diam tanpa melakukan tindakan apapun saat ujian mendera hidup ini, adalah manifestasi dari sabar pasif. Hidup ini harus terus bergerak, tidak boleh berhenti. Sesulit apapun hidup ini tetap harus ada yang dilakukan, sekecil apapun itu. Jangan diam, sebab diam itu belum tentu emas. Hmmm.... Mari belajar bersama!

Senin, 28 Juli 2008

Gelisah

Aku gelisah, beberapa hari ini aku sulit menentramkan batinku. Terlalu banyak beban menggelayuti pikiran dan hatiku. Banyak faktor, beban kerja yang menumpuk, tuntutan kebutuhan yang kadangkala kurang terkontrol, harapan yang tak semuanya terpenuhi, beberapa target capaian yang meleset, dan masih banyak lagi. Aku sendiri masih ragu, apakah ini ujian atau hukuman, atau keduanya. Tuhan luar biasa maha misteriusnya. Banyak teori dan metodologi yang aku punya termentahkan oleh kenyataan ini. Tuhan sedang menyampaikan suatu pesan kepadaku dan aku baru menyadari betapa lemahnya aku menangkap pesan apa itu. Pembaca budiman barangkali berkenan membantuku menemukan unjung atau pangkal benang yang kusut, mengurai kegelisahan batinku. Ibarat ruang, aku kini tengah menjalani satu masa kegelapan, aku menduga sebelumnya bahwa aku memiliki sumber cahaya, tetapi itu ternyata salah. Saat aku melintasi ruang gelap itu, pelitaku mati tak memancarkan cahaya. Aku kini tengah berada pada satu titik yang tidak tau harus kemana arah kutuju. Mari belajar bersama!

Minggu, 27 Juli 2008

Nasehat Sahabatku Tentang Hidup Sederhana

Semalam aku bertemu dengan seorang sahabat, dia berpesan kepadaku tentang beberapa nasehat hidup sederhana. Berikut ini beberapa nasehatnya : (1) Makan sewaktu lapar, berhenti sebelum kenyang. Makanlah apa yang tersedia sesuai batas kemapuan masing-masing yang penting berupaya agar higenisitas dan standar giji minimal tetap terjaga dan terpenuhi. (2) Berpakaian yang bersih dan rapi, menutupi apa yang pantas ditutupi, tidak mesti baru yang penting pantas menurut kadar masing-masing. (3) Membelanjakan uang untuk keperluan pokok yang dibutuhkan sesuai batas kemapuan. Semaksimal mungkin tidak boros dalam memenuhi kebutuhan sekunder apalagi tertier. (4) Bersedekah atau berbagi kepada sesama semaksimal mungkin terutama untuk mereka yang benar-benar membutuhkan. (5) Memanfaatkan waktu yang tersedia semaksmal mungkin untuk berbuat kebaikan dan meminimalisir perbuatan yang sia-sia apalagi merugikan diri sendiri dan orang lain. (6) Jangan lupa, tetap tersenyum dan optimis memandang hidup ke depan, meskipun beban derita terasa cukup berat. Terima kasih sahabat. Mari belajar bersama!

Jumat, 25 Juli 2008

Belajar Dari Filosofi Lilin

Selama ini sebagian besar orang memahami lilin sebagai simbol filosofi hidup yang sia-sia. Hanya bisa menerangi sementara dirinya sendiri hancur. Lalu muncul statement jangan hidup seperti lilin. Aku mungkin salah satu dari sebagian kecil orang yang mencoba memahami filosofi lilin dengan perspektif yang berbeda. Lilin, ketika dirinya sendiri meleleh habis terbakar setelah memancarkan cahaya menerangi kegelapan, sesungguhnya apa yang terjadi bukanlah suatu kehancuran. Melelehnya lilin itu pada hakikatnya adalah simbolisasi penyatuan jatidiri dengan pancaran cahaya yang keluar dari api yang membakar dirinya sendiri, itulah yang disebut sebagai puncak dari suatu hikmat pengorbanan yang tulus tanpa pamrih. Hanya mereka yang mau berkorban dengan tulus tanpa pamrih seperti lilin yang akan berhasil mencapai puncak kesadaran kosmik (pencerahan), suatu konsepsi kesadaran yang dibutuhkan sebagai tiket menuju puncak kebahagiaan yang dicita-citakan oleh semua ummat manusia dan bangsa-bangsa di dunia. Manusia dalam kondisi kesadaran seperti inilah yang tercerahkan dan mampu mencerahkan kehidupan. Menjadi pemimpin yang adil, pejabat yang taat hukum dan tidak korupsi, ayah yang bijak, ibu yang penuh cinta dan kasih, anak yang sholeh dan hormat pada orang tua, murid yang santun, dan seterusnya. Belajarlah hidup seperti lilin, menerangi kegelapan dan berkorban dengan tulus tanpa pamrih. Mari belajar bersama!